Selasa, 04 Juli 2017

She’s gone (tato hr)



She’s gone sebuah lagu yg ditujukan kpd wanita. Betapa lelaki itu amat merasa kehilangan akan wanita yg dicintainya.



Secara keseluruhannya, lagu ini menghantar mejej penyesalan yg teramat sangat daripada seseorang kepada cintanya.  T2Hr

Sabtu, 04 Februari 2017

                                           05022017

Kamis, 18 Agustus 2016

                                          setunggal roso

Minggu, 28 Juni 2015

ketahuilah sesungguhnya pujian itu datang tiada lain adalah karena mereka tidak tahu saja keburukan kita.

Ya, sesungguhnya kita dipuji oleh orang lain bukan karena kebaikan kita, melainkan karena Allah Swt. menutupi keburukan-keburukan kita dari pandangan manusia. Seandainya saja Allah membukakan keburukan kita dan seandainya saja keburukan kita mengeluarkan bau tak sedap, niscaya tak ada seorang pun yang mau duduk di dekat kita.

Tidak bisa dipungkiri, manusia akan merasa senang jika mendapat pujian. Oleh karena itulah pujian sebenarnya melenakan. Bukankah pujian itu semata-mata karena orang lain tak mengetahui diri kita yang sebenarnya? Semakin kita merasa senang dipuji, maka semakin kita lalai untuk menyadari kekurangan diri. Dan, akan semakin membuat kita lalai dari memperbaiki keadaan diri.

Itulah mengapa Rasulullah Saw. pernah berdoa, “Ya Allah, janganlah Engkau hukum aku karena apa yang dikatakan oleh orang-orang itu.” (HR. Bukhari). Lewat doa ini Nabi Saw. menyampaikan pesan kepada kita bahwa pujian orang lain bisa membuat diri kita lupa kepada Allah Yang Maha Terpuji. Tidak heran, dalam haditsnya yang lain Rasul Saw. juga pernah berpesan agar melemparkan pasir kepada orang yang suka memuji. Ini adalah pesan yang menyiratkan bahwa betapa pujian bisa sangat membahayakan.

Imam Al Ghazali menerangkan bahwa orang yang dipuji sedang menghadapi dua keburukan. Pertama, ia bisa terjangkit penyakit sombong dan merasa diri hebat (‘ujub). Padahal sombong dan ujub adalah penyakit hati yang sangat berbahaya. Kedua, ia bisa lupa diri karena terlena dengan pujian.

seharusnya pujian yang orang lain berikan kepada kita itu membuat kita malu dan berkaca diri. Benarkah kita sebagaimana yang mereka katakan. Karena, sesungguhnya pujian itu datang disebabkan mereka mengira sesuatu yang sebenarnya tak ada pada diri kita.

Namun, orang yang cinta dunia akan menikmati pujian-pujian itu. Bahkan, ia akan berusaha mencari pujian dari orang lain pada setiap pekerjaan yang ia lakukan. Ia akan terus membagus-baguskan topeng daripada membaguskan isi atau kualitas dirinya. Ketika pujian itu ia dapatkan, maka puaslah hatinya. Sedangkan ketika pujian itu tidak ada, maka kecewalah dia. Pada orang seperti ini, tidak ada Allah di dalam hatinya. Na’udzubillahi mindzalik.

Jumat, 22 Mei 2015

Sikap Terhadap Wanita

Sikap Terhadap Wanita

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; hadits-hadits
Allah berfirman: “Dan pergaulilah wanita itu dengan cara yang baik.” (an-Nisaa’: 19)
Allah berfirman: “Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat Berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. dan jika kamu Mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (an-Nisaa’: 129)
Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Berpesan baiklah kamu terhadap wanita, sesungguhnya wanita itu diciptakan dari tulang rusuk. Dan paling bengkok adalah bagian atas. Oleh karena itu, apabila kamu paksa untuk meluruskannya, maka akan hancurlah ia, dan apabila kamu membiarkannya, maka akan bengkoklah ia selama-lamanya. Oleh karena itu perpesan baiklah terhadap wanita.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dalam satu riwayat dalam kitab ash-Shahihain dikatakan: Rasulullah bersabda: “Orang perempuan itu seperti tulang rusuk, apabila kamu paksa untuk meluruskannya, berarti telah menghancurkannya. Tetapi apabila hanya bersenang-senang dengannya kamu akan merasakan kepuasan dan ia masih tetap bengkok.”
Dalam hadits riwayat Muslim dikatakan, Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk, tidak ada jalan bagimu untuk meluruskannya. Jika ingin bersenang-senang dengannya saja kamu akan merasa puas, tetapi ia masih tetap bengkok. Jika kamu paksa untuk diluruskan, berarti kamu menghancurkannya. Dan hancurnya berarti perceraian. Jadi, menghadapi wanita harus tetap bijaksana, agar tetap menjadi baik.”
Dari Abdullah bin Zam’ah ra. ia mendengar Nabi saw. berkhutbah dan bercerita tentang unta sebagai mu’jizat nabi Shaleh dan orang yang membunuhnya. Rasulullah saw. bersabda: “Ketika bangkit orang yang paling celaka di antara mereka, yaitu seorang laki-laki yang amat kuat dan gagah perkasa serta disegani kaumnya. Setelah selesai, beliau melanjutkan khutbahnya tentang wanita, dan memberi nasehat tentang bergaul dengan wanita. Beliau bersabda: “Salah seorang di antara kalian ada yang sengaja memarahi istrinya bahkan memukul bagaikan budaknya, lalu pada malam harinya mungkin ia bersetubuh dengannya.” Selanjutnya beliau menasehati para shahabat karena mereka tertawa ada yang kentut, beliau bertanya: “Mengapa salah seorang di antara kamu menertawakan sesuatu yang dia sendiri juga melakukannya?” (HR Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah seorang laki-laki mukmin memarahi seorang perempuan mukmin. Apabila tidak suka terhadap salah satu perangainya, maka masih ada perangai lain yang menyenangkan.” (HR Muslim)
Dari ‘Amr bin al-Ahwash al-Jusyamiy ra. ia mendengar Nabi saw. pada haji Wada’ berkhutbah. Setelah beliau memanjatkan pujian, sanjungan kepada Allah Ta’ala dan selesai memberi peringatan dan nasehat, beliau bersabda: “Ingatlah, berpesan baiklah terhadap istri-istri kalian. Sesungguhnya mereka memerlukan perlindunganmu. Sedikitpun kamu tidak boleh berbuat kejam terhadap mereka, kecuali mereka telah nyata melakukan kejahatan. Jika mereka melakukan kejahatan, janganlah kamu menemani mereka di dalam tidur dan pukullah mereka dengan pukulan yang tidak melukai. Bila mereka telah taat, janganlah kalian berlaku keras terhadap mereka. Ingatlah, sesungguhnya kalian mempunyai hak atas istrimu, dan istrimu juga mempunyai hak pada diri kalian. Hak kamu atas mereka, yaitu tidak boleh memasukkan orang yang tidak kamu sukai ke dalam kamarmu dan tidak mengizinkan orang yang tidak kamu sikai masuk ke dalam rumahmu. Ingatlah, hak mereka atas kamu adalah kamu bergaul dengan cara yang baik, terutama dalam memberi pakaian dan makanan.” (HR Tirmidzi)
Dari Mu’awiyah bin Haidah ra. ia berkata: Saya bertanya kepada Rasulullah: “Apakah hak istri terhadap suaminya?” Beliau menjawab: “Kamu harus memberinya makan apabila kamu makan, harus memberinya pakaian apabila kamu berpakaian, tidak boleh memukul mukanya dan tidak boleh menjelek-jelekkannya, serta tidak boleh mendiamkannya kecuali di dalam rumah.” (HR Abu Daud)
Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik budi pekertinya. Dan orang yang paling baik di antara kalian adalah orang yang paling baik terhadap istrinya.” (HR Tirmidzi)
Dari Iyas bin Abdullah bin Abu Dzubab ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah kammu memukul kaum wanita.” Kemudian Umar mendatangi Rasulullah saw. dan berkata: “Wanita-wanita kini berani kepada suaminya.” Mendengar yang demikian beliau membolehkan untuk memukulnya. Kemudian banyak wanita yang mengerumuni Rasulullah saw. mengadukan perlakuan suaminya. Lalu Rasulullah saw. bersabda: “Sungguh banyak wanita yang mengerumuni rumah Muhammad untuk mengadukan perlakuan suaminya, maka mereka (suaminya) itu bukanlah orang-orang yang terbaik di antara kalian.” (HR Abu Dawud)
Dari Abdullah bin ‘Amr al-Ash ra, ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Dunia adalah suatu kesenangan, dan sebaik-baik kesenangan di dunia adalah wanita yang shalih.” (HR Muslim)

DOSA HAWA ?


Wanita Dalam Pandangan Islam

Karya: Dr. Syarief Muhammad abdul adhim;
Penerjemah: Ibrahim Qamaruddin, Lc.
Sesungguhnya ketiga Agama tersebut sepakat terhadap satu kebenaran, yaitu: bahwasanya Allah Swt. yang telah menciptakan laki-laki dan perempuan dan Dia-lah pencipta alam semesta ini dengan segala isinya. Namun muncul pertentangan di antara ke tiga Agama tersebut setelah diciptakannya lelaki pertama (Adam as.) dan perempuan pertama (Hawa).
Pada akidah orang-orang Yahudi dan Masihi, Allah mengharamkan kepada Adam dan Hawa untuk makan buah dari pohon yang diharamkan, akan tetapi ular membisikkan kepada Hawa agar memakan buah dari pohon tersebut dan Hawa membisikkan kepada Adam agar makan bersamanya. Dan ketika Allah mencela Adam terhadap apa yang dia perbuat, Adam melimpahkan semua dosa kepada Hawa.
Lalu Adam berkata: “Sesungguhnya dia adalah wanita yang Engkau jadikan bersamaku, dia yang telah memberiku buah dari pohon itu maka aku memakannya”, (Bagian Kitab “Perjanjian Lama” penciptaan 12:3). Dan Tuhan berfirman terhadap wanita tersebut: “Banyak, kebanyakan susahmu ketika kamu hamil, dan akan merasakan sakit ketika melahirkan. Dan Dia berfirman kepada Adam karena kau mendengarkan perkataan isterimu dan kau telah memakan buah pohon tersebut yang Aku telah wasiatkan kepadamu dengan perkataan jangan kau makan dari buah pohon tersebut, bumi dilaknat karena perbuatanmu. Dengan susah payah kau akan makan darinya setiap hari di kehidupanmu”. (Bagian Kitab “Perjanjian Lama” penciptaan).
Sedangkan dalam pandangan Islam telah disebutkan kisah permulaan penciptaan beberapa kali dalam al-Qur`an, misalnya:
Allah Swt.berfirman: “Wahai Adam bertempat tinggallah kamu dan isterimu di surga, serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, sehingga kamu berdua menjadi orang-orang yang zalim. Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata: “Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)”. Dan dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya. “Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua”. Maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: “Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: “Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua”. Keduanya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi”. (QS. Al-A`raaf: 19-23).
Dengan mengamati dua kisah tersebut tentang permulaan penciptaan, kita mendapati perbedaan yang sangat inti, sebab al-Qur`an bertolak belakang dengan Injil. Al-Qur`an menjadikan dosa tersebut untuk Adam dan Hawa berdua. Dan tidak terdapat di bagian manapun dalam al-Qur`an yang mengatakan bahwasanya Hawa yang merayu (memberi) Adam untuk memakan buah dari pohon tersebut, atau bahwasanya Hawalah yang pertama memakan buah tersebut sebelum Adam.
Maka Hawa dalam al-Qur`an tidak mengkhianati Adam atau menipunya. Dan rasa sakit ketika melahirkan bukan hukuman dari Allah Swt., karena Allah (sebagaimana disebutkan dalam al-Qur`an) tidak menghukum seseorang dengan dosa orang lain. Maka Adam dan Hawa as. melakukan maksiat dan keduanya meminta ampunan kepada Allah Swt. dan Allah-pun telah mengampuni keduanya.

Berbakti kepada Orang Tua

Berbakti kepada Orang Tua

Wajibnya berbakti kepada orang tua (birrul waalidain)
Allah berfirman:
“Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil”. (al-Israa’: 23-24)
Dari Jabir, Rasulullah bersabda: “Berbaktilah kepada kedua orang tua kalian, niscaya anak-anak kalian akan berbakti kepada kalian.”
Keutamaan Berbakti kepada orang tua
1. Amal yang paling dicintai Allah setelah shalat. Dari Amr Asy-Syaibani berkata: “Saya bertanya kepada Rasulullah: ‘Apakah amal yang dicintai Allah?’ Rasulullah menjawab: ‘Shalat tepat pada waktunya.’ Saya berkata: ‘Kemudian amal apa lagi wahai Rasulullah?’ Rasulullah menjawab: ‘Berbakti kepada orang tua.,’ ‘Kemudian apa lagi wahai Rasulallah?’ ‘Jihad fii sabilillah.’” (HR Bukhari).
2. Doanya orang tua dikabulkan oleh Allah. Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda: “Tiga doa yang pasti dikabulkan Allah, doa orang yang teraniaya, doa orang musafir, dan doa orang tua terhadap anaknya.” (HR Tirmidzi, Abu Dawut dan Ahmad).
3. Penyebab turunnya rahmat Allah. Lihat kisah 3 orang yang terperangkap dalam goa.
4. Menjadi penghapus dosa-dosa besar. Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda: “Sungguh celaka, sungguh celaka.” Para Shahabat bertanya: “Siapa wahai Rasulullah?” Rasulullah bersabda: “Siapa yang mendapati dua orang tuanya dalam usia lanjut, atau salah satunya dan dia masuk neraka.” (HR Muslim).
Cara Berbakti Kepada Orang Tua
1. Ketika mereka masih hidup.
a. Berbuah ihsan pada keduanya
b. Melaksanakan hak-hak nya
c. Senantiasa menaatinya
d. Menjauhkan apa-apa yang akan menyakitinya
e. Melakukan apa-apa yang diridhainya
2. Ketika mereka sudah meninggal
a. Mendoakan mereka
b. Memohonkan ampun pada Allah
c. Melaksanakan janji-janjinya
d. Menyambung silaturahim yang biasa disambungnya
e. Ziarah pada kubur mereka
Durhaka Kepada Orang Tua:
1. Tidak mentaatinya
2. Mengabaikan hak-hak mereka
3. Melakukan hal-hal yang tidak mereka sukai
4. Menyakiti mereka walau hanya berkata “hus”
5. Memandang mereka dengan pandangan yang menghinakan
6. Bersikap dengan sikap yang merendahkan
Dari Ibnu ‘Abbas ra. Rasulullah saw. bersabda: “Terlaknat orang yang mencaci ayahnya, terlaknat orang yang mencaci ayahnya.”
Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah saw. bersabda: “Allah melaknat tujuh golongan dari makhluk-Nya dari atas langit yang ketujuh: terlaknat orang yang durhaka pada kedua orang tuanya.”
Dari Anas ra. Rasulullah saw. bersabda: “Barang siapa yang orangtuanya ridla padanya maka Allah telah ridla padanya pula, dan barang siapa yang orang tuanya murka padanya maka Allah telah murka kepadanya pula.”
Ibnu ‘Umar berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Di antara dosa besar adalah: mensekutukan Allah, durhaka pada orang tua, membunuh orang lain dan sumpah palsu.”
Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah saw. bersabda: “Tidak akan masuk surga orang yang durhaka kepada orangtuanya, pecandu khamr, yang mendustakan takdir dan yang melakukan sumpah palsu.”
Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah saw. bersabada: “Empat hal yang telah pasti Allah tidak akan memasukkannya ke dalam surga dan tidak mencicipi kenikmatannya: pecandu khamr, pemakan riba, pemakan harta anak yatim yang bukan haknya dan pendurhaka kepada orang tuanya.”
Dari ‘Abdullah bin Aufa, berkata: “Seseorang datang kepada Rasulullah saw. dan berkata: ‘Wahai Rasulullah, ada serorang pemuda yang sedang sakaratul maut, ketika dituntun untuk mengucapkan “laa ilaaha illallaah” dia tidak bisa mengucapkannya. Rasulullah bersabda: ‘Bukankah dia sudah terbiasa mengucapkannya?’ Mereka menjawab: ‘Benar wahai Rasulullah.’ Rasulullah bersabda: ‘Apa yang menghalanginya untuk mengucapkannya sekarang?’ lantas Rasulullah mendatanginya dan bersabda: ‘Katakanlah: “Laa ilaaha illallaah”. Remaja tersebut berkata: ‘Saya tidak bisa.’ Rasulullah bersabda: ‘Kenapa?’ dia menjawab: ‘Karena saya telah durhaka kepada ibu saya.’ Rasulullah bersabda: ‘Apakah beliau masih hidup?’ dia berkata: ‘Masih wahai Rasulallah.’ Rasulullah bersabda: ‘Panggilkan dia,’ lantas beliau berkata: ‘Apakah ini adalah anakmu?’ Dia menjawab: ‘Benar wahai Rasulullah.’ Rasulullah bersabda: ‘Jika engkau tidak mengampuninya maka saya akan menyalakan api yang besar dan membakarnya.’ Ibunya berkata: ‘Jika demikian saya memaafkannya.’ Rasulullah bersabda: ‘Bersumpahlah kepada Allah dan persaksikanlah pada kami bahwa kamu telah ridla padanya.’ Ibu itu berkata: ‘Saya bersumpah dan saya bersaksi di hadapan Rasulullah bahwa saya telah ridla pada anak saya.’ Rasulullah bersabda: ‘Wahai anak muda, katakanlah: laa ilaaha illallaah.’ Maka anak muda itu lantas mengucapkan laa ilaaha illallaah. Rasulullah bersabda: ‘Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan hambanya dari api neraka.’”